Sabtu, 28 April 2018

PROSES TERJADINYA BLOOD FALLS





       Air terjun Darah, di kawasan lembah yang basah McMurdo, Antartika Timur, tampak seperti tuangan darah merah yang meleleh perlahan, serta menodai sungai es Taylor dan danau Bonney yang bersalju putih di bawahnya. Dry Valleys, sesuai namanya, adalah tempat terkering di dunia. Nyaris tak ada es di sana, kecuali segelintir gletser dan beberapa danau yang terpencar-pencar. Iklim di sana sangat kering, dingin, dan berangin. Tetapi meski sangat ekstrem, masih ada kehidupan di Dry Valleys. Salah satunya adalah bakteri yang hidup dalam perairan asin di bawah Gletser Taylor.  Bakteri ini adalah aktor di balik warna merah darah air terjun di Dry Valleys.
Saat bakteri-bakteri ini memakan batuan di dalam air, zat besi dilepaskan dari batuan tadi, dan bercampur dengan air asin. Besi, yang dikombinasikan dengan garam, mengubah warna air menjadi merah saat terpapar oksigen di permukaan Bumi. Air asin itu kemudian mengalir ke Danau Bonney dan membentuk apa yang dikenal sebagai air terjun darah atau 
Blood Falls.


Image result for blood falls

           
Baru-baru ini sebuah tim peneliti internasional menggelar penelitian untuk memecahkan misteri air terjun darah. Dalam proses riset itu para peneliti menemukan bahwa sebagian besar bagian bawah permukaan Gletser Taylor dialiri oleh air asin. Jaringan air bawah tanah itu menghubungkan danau-danau yang terpencar. Dalam riset yang hasilnya diterbitkan di jurnal Nature Communications edisi 28 April itu, para peneliti memindai Gletser Taylor menggunakan sensor zx elektromagnetik. Di angkut menggunakan helikopter, sensor itu bisa mendeteksi perbedaan di lapisan Gletser Taylor hingga ke dalaman 300 meter. Mereka menemukan bahwa air di bawah Taylor Valle membentang sejauh 12 km. Air itu dua kali lebih asin dari air laut. Lapisan air itu, berdasarkan hasil sensor, diperkirakan sedalam 5 km. Ternyata, Gletser Taylor menyembunyikan jaringan celah yang mengandung air garam dan setelah mengikuti jaringan tersebut sejauh 300 meter, para peneliti mencapai titik tertinggi dari air terjun berdarah. Celah tersebut, dikombinasikan dengan kadar garam yang membuat air merah tidak mudah membeku, membantunya bergerak menyusuri gletser hingga keluar menjadi air terjun.

          Menurut para ilmuwan, air di bawah permukaan Gletser Valley bisa menjadi sangat asin karena dua hal. Pertama itu adalah bekas danau besar yang airnya menjadi asin seiring proses pembekuan dan penguapan dalam waktu lama. Kedua, lembah itu pernah dibanjiri air laut yang meninggalkan sisa-sisa air ketika gelombang banjir itu mundur kembali ke lautan. Para ilmuwan juga tertarik dengan temuan di Dry Valleys karena lingkungannya sangat mirip dengan Mars. Air asin dalam tanah diduga pernah ada di Mars, saat planet itu berubah dari planet yang mempunyai lautan menjadi dunia yang kering kerontang. (Live Science)
           
Daftar Pustaka :
    Sherine Wangsa Wibawa.(2017, 6 Mei). Terungkap, Cara Air Terjun Darah di Antartika Keluar dari Penjaranya.Diperoleh 29 April 2018, dari 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar