Sabtu, 28 April 2018

Alessandro Volta - Penemu Batu Baterai



      Baterai merupakan sebuah sumber arus listrik yang tidak asing dan banyak digunakan dalam sebuah rangkaian listrik. Baterai terdiri dari dua sel elektrokimia yang mengubah energi kimia yang tersimpan menjadi energi listrik. Baterai banyak digunakan untuk sumber listrik pada beberapa alat elektronik portabel.
   Pengembangan baterai tidak lepas dari jasa sang penemunya, yaitu Alessandro Volta. Alessandro Volta memiliki nama lengkap Alessandro Giuseppe Antonio Anastasio Gerolamo Umberto Volta lahir di Como, Italia, pada tanggal 18 Februari 1745 dan meninggal pada tanggal 5 Maret 1827 tepat saat berumur 82 tahun.
     Alessandro Volta merupakan adalah seorang fisikawan Italia yang dikenal karena usahanya dalam menemukan dan mengembangkan baterai pada tahun 1800. Atas jasanya dalam penemuan batu baterai tersebut, maka satuan dari beda potensial listrik dinamakan Volt. Sejak tahun 1974, Alessandro Volta telah menjadi professor fisika dan mengajar pada sekolag di Italia. Kecintaannya terhadap ilmu fiiska dan kimia telah melahirkan penemuan-penemuan penting dalam bidang kelistrikan dan kimia. Penemuan tersebut, antara lain, kondensator, eudimeter, pistol listrik, dan lampu udara. Alessandro Volta berhasil memperbaiki elektroforus, sebuah alat yang menghasilkan muatan listrik statis pada tahun 1775 .
Biografi Alessandro Volta Sang Penemu Batu Baterai

      Pada tahun 1777 Volta mempelajari kimia gas dan menemukan metana dengan mengumpulkan gas dari rawa-rawa. Alessandro Volta merancang percobaan seperti pembakaran metana oleh percikan listrik dalam wadah tertutup. Alessandro Volta juga mempelajari apa yang sekarang kita sebut dengan kapasitor. Dirinya menemukan elektrofikus, yaitu alat untuk menghasilkan muatan listrik dengan jalan induksi. Alat ini terdiri atas dua plat logam, plat pertama tertutup oleh ebonit dan plat kedua diberi tegangan yang berisolasi.
  
      Plat pertama digosok dan dimuati listrik negatif. Jika plat kedua ditaruh di atasnya, maka muatan listrik positif tertarik ke permukaan bagian bawah. Muatan negatif terusir ke atas. Muatan negatif lalu ditarik ke tanah. Proses ini diulang berkali-kali sampai ada muatan yang kuat pada plat kedua. Mesin pengumpul muatan ini jadi dasar kondensator atau kapasitor. Karena penemuannya tersebut Alessandro Volta pada tahun 1779 diangkat menjadi guru besar di Universitas Pavia dan bekerja di universitas tersebut selama kurang lebih 25 tahun. Pada tahun 1794, Volta menikahi Teresa Peregrini, yang mengangkat tiga anak, yaitu Giovanni, Flaminio, dan Zanino.
     Tahun 1786 Luigi Galvani, seorang ahli fisiologi dan juga merupakan teman Volta, menemukan bahwa kaki katak yang dikait dengan kait tembaga, apabila menyentuh besi, maka kaki katak tersebut berdenyut. Galvani menyimpulkan bahwa daging katak mengandung listrik.Teori Galvani ini kemudian dibantah oleh Alessandro Volta, delapan tahun kemudian (1974) Melalui penelitiannya,  Alessandro Volta membuktikan bahwa efek kejut (gejala listrik) tersebut berasal dari logam bukan dari kaki atau daging katak. Efek kejutan kaki kodok muncul akibat dua logam tak sejenis dari pisau bedah Galvani. Akibat perbedaan pendapat ini, maka timbullah perdebatan ilmiah antara pengikut Volta dan Galvani selama hampir enam tahun.
Baterai Volta
Akan tetapi berdasarkan pendapatnya tersebut, Alessandro Volta telah berhasil menciptakan sumber arus listrik, yang disebut Baterai Volta (Voltac Pile) yang diciptakannya pada pahun 1800. Penemuan baterai ini sekaligus menggugurkan teori Galvani.
Daftar Pustaka :
Agus Riyanto.(2017, 12 Mei). Biografi Alessandro Volta Sang Penemu Batu Baterai. Diperoleh 29 April 2018, dari https://www.amongguru.com/biografi-alessandro-volta-sang-penemu-batu-baterai/

PROSES TERJADINYA LENTICULAR CLOUDS


PROSES TERJADINYA LENTICULAR CLOUDS

Awan- awan putih yang bertebaran di langit memang tampak indah sekali, terlebih ketika cuaca sedang sangat cerah, maka awan tersebut berkali- kali terlihat lebih indah. Awan- awan yang ada di angkasa ini mempunyai berbagai bentuk dan juga ketebalannya masing- masing. Berbicara mengenai awan, ada satu fenomena alam yang unik sekali. Fenomena alam ini dinamakan awan Lenticular Clouds. Yang dinamakan awan Lenticular ini merupakan awan yang berlapis- lapis dan juga terbentuk karena adanya udara lembab dan dipaksa mengalir ke atas yang berada di sekitar puncak gunung. Bagi para pilot pesawat maka akan sebisa mungkin menghindari terbang di dekat awan- awan ini.
Image result for lenticular clouds

Hal tersebut akan dapat memicu timbulnya turbulensi yang kuat. Untuk mendeteksi keredaan awan jenis ini maka akan dapat dengan mudah kita mengetahuinya karena dapat dilihat dari bentuknya. Awan seperti ini cukup berbeda dari awan- awan yang lainnya. Awan seperti ini terlihat seperti sebuah UFO atau piring terbang raksasa atau bahkan sesuatau yang menyerupai tumpukkan pancake. Awan- awan seperti ini biasanya terjadi di atas gunung. Banyak sekali gunung- gunung yang terkenal di dunia di foto dengan bersama dengan keindahan awan lenticularnya di langitnya, diantaranya adalah gunung Shasta dan juga gunung Fuji. Ada satu hal yang menarik dari awan Lenticular Clouds ini yakni awan ini terlihat seperti membeku dan juga kelihatan seperti tidak pecah- pecah.
Namun sebenarnya tidaklah demikian. Awan ini telihat statik dikarenakan aliran udara yang lembap terus menerus memberikan uap udara yang meluap dari sisi atas angin dan bahkan sebagai air yang mengeluap dan akan lenyap dari sisi bahwah angin. Awan lenticular clouds ini dapat kita lihat seperti sedang melayang- layang selama berjam- jam atau hari, sehingga perubahan angin ataupun cuaca dan awan akan menyebar dan kemudian akan terpecah
Daftar Pustaka:
Nickolaus Andra.(2014, 10 Oktober).Lenticular Clouds.Diperoleh 29 April 2017, dari https://www.kompasiana.com/nickol/lenticular-cloud_54f96283a333112c048b4ed9

PROSES TERJADINYA BLOOD FALLS





       Air terjun Darah, di kawasan lembah yang basah McMurdo, Antartika Timur, tampak seperti tuangan darah merah yang meleleh perlahan, serta menodai sungai es Taylor dan danau Bonney yang bersalju putih di bawahnya. Dry Valleys, sesuai namanya, adalah tempat terkering di dunia. Nyaris tak ada es di sana, kecuali segelintir gletser dan beberapa danau yang terpencar-pencar. Iklim di sana sangat kering, dingin, dan berangin. Tetapi meski sangat ekstrem, masih ada kehidupan di Dry Valleys. Salah satunya adalah bakteri yang hidup dalam perairan asin di bawah Gletser Taylor.  Bakteri ini adalah aktor di balik warna merah darah air terjun di Dry Valleys.
Saat bakteri-bakteri ini memakan batuan di dalam air, zat besi dilepaskan dari batuan tadi, dan bercampur dengan air asin. Besi, yang dikombinasikan dengan garam, mengubah warna air menjadi merah saat terpapar oksigen di permukaan Bumi. Air asin itu kemudian mengalir ke Danau Bonney dan membentuk apa yang dikenal sebagai air terjun darah atau 
Blood Falls.


Image result for blood falls

           
Baru-baru ini sebuah tim peneliti internasional menggelar penelitian untuk memecahkan misteri air terjun darah. Dalam proses riset itu para peneliti menemukan bahwa sebagian besar bagian bawah permukaan Gletser Taylor dialiri oleh air asin. Jaringan air bawah tanah itu menghubungkan danau-danau yang terpencar. Dalam riset yang hasilnya diterbitkan di jurnal Nature Communications edisi 28 April itu, para peneliti memindai Gletser Taylor menggunakan sensor zx elektromagnetik. Di angkut menggunakan helikopter, sensor itu bisa mendeteksi perbedaan di lapisan Gletser Taylor hingga ke dalaman 300 meter. Mereka menemukan bahwa air di bawah Taylor Valle membentang sejauh 12 km. Air itu dua kali lebih asin dari air laut. Lapisan air itu, berdasarkan hasil sensor, diperkirakan sedalam 5 km. Ternyata, Gletser Taylor menyembunyikan jaringan celah yang mengandung air garam dan setelah mengikuti jaringan tersebut sejauh 300 meter, para peneliti mencapai titik tertinggi dari air terjun berdarah. Celah tersebut, dikombinasikan dengan kadar garam yang membuat air merah tidak mudah membeku, membantunya bergerak menyusuri gletser hingga keluar menjadi air terjun.

          Menurut para ilmuwan, air di bawah permukaan Gletser Valley bisa menjadi sangat asin karena dua hal. Pertama itu adalah bekas danau besar yang airnya menjadi asin seiring proses pembekuan dan penguapan dalam waktu lama. Kedua, lembah itu pernah dibanjiri air laut yang meninggalkan sisa-sisa air ketika gelombang banjir itu mundur kembali ke lautan. Para ilmuwan juga tertarik dengan temuan di Dry Valleys karena lingkungannya sangat mirip dengan Mars. Air asin dalam tanah diduga pernah ada di Mars, saat planet itu berubah dari planet yang mempunyai lautan menjadi dunia yang kering kerontang. (Live Science)
           
Daftar Pustaka :
    Sherine Wangsa Wibawa.(2017, 6 Mei). Terungkap, Cara Air Terjun Darah di Antartika Keluar dari Penjaranya.Diperoleh 29 April 2018, dari